Robin Simanjuntak

Tuesday, June 05, 2007

Rekan Sekerja

2 Tes 1: 3-12

Saat teduh ini saya lakukan bersama dengan istri dalam persekutuan keluarga kami. Ada dua hal yang rasul Paulus syukuri dari jemaat Thesalonika pada waktu itu, yakni: Karena iman mereka makin bertambah (ayat 3) dan karena kasih mereka seorang akan yang lain makin kuat (ayat 3), selajutnya di uraikan signifikansi iman itu dalam kehidupan sekarang (present) dan dalam kehidupan yang akan atang yang bersifat Eskatologis (ayat 4-10). Istri saya menyoroti betapa seorang rasul Paulus tetap peduli dan tetap mengamati kehidupan jemaat Thesalonika sekalipun ia berada di tempat lain. Saya terkejut juga saat di tanyakan apakah sudah demikian memperhatikan jemaat yang kami pimpin. Seorang pemimpin adalah yang tetap mengontrol anak rohaninya dan tetap membangun relasi dengan mereka. Rasul Paulus bersyukur betapa relasi vertikal dan relasi horisontal mereka bertambah dan makin kuat.

Gereja bukan hanya di bangun dalam relasi vertikal tetapi juga relasi horisontal. Kasih yang makin kuat kepada Allah harus disertai kasih yang makin kuat terhadap sesama. Walaupun demikian kita tidak boleh cepat-cepat mengambil kesimpulan jika dalam suatu gereja ada banyak perpecahan dalam organisasi berarti relasi vertikal pemimpin gereja tersebut atau jemaat gereja tersebut buruk, bisa juga buruk, tetapi tidak boleh di patok pasti buruk. Walaupun demikian kita patut bertanya seberapa besar kualitas kasih horisontal mereka. Jika ego, kesombongan dan arogansi yang besar ada dalam diri seseorang pemimpin yang membuat ada perpecahan maka kualitas kasih horisontal mereka masih rendah. Pemimpin seperti ini biasanya kurang menganggap penting relasi horisontal, sekalipun sebagai hamba Tuhan menganjurkan banyak orang untuk mengasihi Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi Tuhan, namun dirinya tidak memberikan yang terbaik bagi orang yang di pimpinnya. Mengapa rasul Paulus tetap memantau dan mendoakan jemaatnya? Karena ia memandang penting relasi pemimpin dan yang dipimpinnya. Orang yang di pimpin bukan dianggap hanya sebagai pengikut tetapi sebagai "kawanan domba Allah", sebagai "prajurit Allah", sebagai "rekan sekerja Allah", lihatlah bagaimana rasul Paulus memperlakukan Timotius sebagai rekan sekerja.

Seorang pemimpin rohani yang menuntut orang lain melebur dengan dirinya tanpa dia mau melebur juga dengan kesulitan serta pergumulan orang lain akan menjadi suatu tuntutan yang naif. Tuntutan yang paling tepat adalah jika orang yang di pimpinnya meleburkan dirinya kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata: barang siapa yang mau mengikut Aku, mereka harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Aku. Apakah saya selama ini sudah seperti rasul Paulus yang selalu mengingat dalam doa orang-orang yang pernah saya pimpin? Apakah saya mau melebur diri saya sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan? Kiranya saya di mampukan.

3 Comments:

Blogger RO'IEL said...

Wah susah juga ya jadi pemipin, apalagi seorang Gembala!?

Apalagi Tuhan Yesus yang adalah Gembala yang Baik, pasti Dia yang paling susah dari begitu banyak pemimpin dan jemaat yang sok pintar...

June 6, 2007 at 4:06 PM  
Blogger Pencipta Terapi Calistung said...

Bin, ndak apa khan kalau gua kasih komentar terus buat you. Jadi gua bisa sekaligus belajar juga. Ini juga pembelajaran buat teman gsm dan pemuda dulu. Via blog saya, mereka saya harapkan bisa belajar dari saat teduh kita (mereka akan lihat blog kamu juga). Semoga saja.

Ulasan saya untuk perikop kamu ini: Banyak orang yang memisahkan pengenalan akan Allah dengan hubungan horisontal. Dalam aplikasi didunia, kasus ini memang banyak terlihat. Tapi saya memandang dari kacamata lain. Menurut saya, hubungan horisontal merupakan refleksi dari hubungan vertikalnya. Ini kait mengkait dan tidak bisa dilepaskan. Saya membedakan antara pengetahuan akan Allah dan pengenalan akan Allah. Pengetahuan itu "tahu" pertama, pengenalan itu "tahu" yang ke-berikutnya (istilah "tahu" saya kutip dari pak Tong), karena sudah ada refleksi dari hidup.

Paragrap terakhir kamu ini merupakan kesimpulan yang baik. Seperti yang ditulis oleh Paulus, "Ikutlah aku, sebagaimana aku mengikut Yesus Kristus." Saya percaya "ikut" ini bukan hanya di domain rasio, tapi seluruh aspek hidup.

June 7, 2007 at 8:30 AM  
Blogger Robin Simanjuntak said...

yah friends begitulah...

nga kebayangkan kalau Kristus gembala yang baik aja di gituin apalagi kita.

Makanya Ronald nga mau jadi gembala ya?

Btw thx untuk masukannya Ronald and theo...

June 7, 2007 at 1:31 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home