Ibadah Superficial
Yesaya 1: 10-20
Kitab Yesaya ini sungguh amat unik. Jika kitab-kitab para nabi lainnya terlebih dulu mengkisahkan panggilan mereka dan bagaimana Tuhan mengutus mereka dengan segala tingkah dan respon mereka dihadapan Tuhan, maka nabi Yesaya berbeda, permulaan tulisannya sudah sangat tajam dan menyentil para pendengarnya yakni bangsa Yehuda. Yesaya justru mencatat kisah panggilannya mulai pasal 6. Waktu ia dipanggil Yesaya melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Ada beberapa hal yang penting yang di sorot oleh Yesaya:
- Para pemimpin dan rakyat Yehuda sudah sangat jahat bagaikan penduduk sodom dan Gomoro jaman dulu. Kejahatan mereka mengakibatkan Tuhan jemu, Tuhan jijik, Tuhan benci, Tuhan memalingkan mukaNya. Sekalipun mereka berusa tetap menjalankan ritual agama mereka seperti dengan cara memberi persembahan, mereka datang ke bait Allah, mereka berdoa tetapi Tuhan tidak suka sebab semuanya hanya bersifat superficial. TUhan melihat betapa munafiknya para pemimpin dan rakyat Yehuda itu.
- Tuhan menghimbau mereka yang jahat itu untuk bertobat. Bagaimana cara bertobat: Berhenti berbuat jahat, belajar berbuat baik, mengusahakan keadilan, menahan / mengendalikan orang yang kejam, membela hak anak-anak yatim dan memperjuangkan perkara para janda-janda.
Mengapa firman Tuhan datang dengan keras seperti itu? karena Tuhan sedang menyatakan keadilannya. Dalam perjanjian lama keadilan Allah mencakup dua aspek, yang pertama tsedaqah adalah Tuhan adalah diriNya yang adil. Ia memiliki sifat dan hakekat yang adil. Keadilan itu bukan berada di luar diriNya tetapi Dialah keadilan itu sendiri. Yang kedua adalah mispath dimana adil di kaitkan dengan hal sosial. Orang Israel harus bertindak adil terhadap mereka yang lemah, yang tertindas, yang mengalami violence. Orang israel bersikap munafik, mereka mendua hati. Pertama sikap mereka dalam ibadah menunjukkan mereka tidak fair terhadap Tuhan, yang kedua mereka juga berdikap tiodak fair terhadap sesama mereka. Namun Tuhan berkata kepada mereka "sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju. sekalipun berwarna merah seperti kesumba akan menjadi putih seperti bulu domba".
Dalam jaman sekarang ini kita melihat bagaimana banyak pemimpin bangsa atau pemimpin umat bersikap seperti bangsa yang hidup dalam jaman sodom dan gomora yang pantas di hukum Tuhan. Religion bagi mereka masih berada dalam wilayah religious, bukan berdasarkan faith. Melakukan ritual atau aktifitas agama hanyalah berdasarkan tradisi, pengalaman dan rutinitas yang semu. Spiritualitas manusia modern adalah spiritualitas yang superficial, tidak heran jika kita memandang sepintas bagaikan tugu monas yang anggun dan megah dengan kadar emas yang tinggi namun di dalamnya berisi serpihan pasir yang mudah hancur. Justru orang yang mengatas namakan diri orang beragama yang melakukan banyak ketidak-adilan, diskriminasi, menindas yang lemah dll.
Bagaimana dengan saya, sudahkah saya menjalankan bertindak adil adan benar? Adakah semua kebaikan yang saya lakukan berkenan kepada Allah atau sebenarnya Allah sedang tidak berkenan karena banyaknya dosa dan kelemahan diri? Koreksi!!!!!!!