Robin Simanjuntak

Tuesday, June 19, 2007

Bagaimana????

I Korintus 13

Bagian ini merupakan suatu chiasm, salah satu gaya penulisan surat jaman itu yang berusaha memparalelkan kalimat atau perikop yang satu dengan kalimat/perikop yang lainnya dimana akhirnya ditemukan inti atau solusi suatu tulisan. Bagian ini merupakan suatu chiastic structure yang di mulai dari pasal 12 hingga pasal 14.

A Karunia-karunia rohani: rupa-rupa karunia (12)
B Kasih: yang terbesar (13)
A' Karunia-karunia rohani: Nubuat (14)

Dalam bagian ini Paulus memberikan 3 hal penting yang di ulang-ulang:
  1. Jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (ayat 1)
  2. Jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna (ayat 2)
  3. Jika aku tidak mempunyai kasih, semua yang kuberi sedikitpun tidak ada faedahnya (ayat 3)
Lalu Rasul Paulus menguraikan kasih itu apa saja.

"Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih tidak cemburu, kasih tidak memegahkan diri, kasih tidak sombong, kasih tidak melakukan apa yang tidak sopan, kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, kasih tidak pemarah, kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain, kasih tidak bersukacita karena ketidak adilan, kasih menutupi segala sesuatu, kasih percaya segala sesuatu, kasih mengharapkan segala sesuatu, kasih sabar menanggung segala sesuatu".

Ada 14 hal yang Paulus uraikan tentang kasih itu, namun dari uraian ini Paulus tidak bermaksud mendefinisikan kasih, sebab kasih tidak dapat di definisikan. Ketika kasih itu di definisikan maka kasih menjadi terbatas, padahal kasih itu tidak terbatas, kasih itu bersifat beyond karena itu di berikan oleh Allah. Allah adalah kasih dan Ia memberikan kasihNya untuk kita. Yang di pakai di dalam ayat yang ke empat ini adalah kasih agape, yakni kasih Allah.

Ketika itu banyak jemaat Korintus mempersoalkan hal karunia-karunia yang utama. hal yang mereka persoalkan adalah soal "apa" dan "berapa". Mereka mempertanyakan orang di sekitarnya apakah mereka mempunyai karunia rohani yang hebat? Jika punya, berapa banyak? Namun Paulus tidak mempersoalkan "apa" dan "berapa" karunia yang mereka miliki, namun Paulus memandang soal "bagaimananya" yang penting, yakni bagaimana kita hidup dengan jalan mengasihi Tuhan dan orang lain. Alkitab berkata: "kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu".

Hidup ini bukan sekedar "apa yang seharusnya kita lakukan" atau "berapa banyak yang sudah dan yang akan kita dapat" selama ini di dalam hidup kita, melainkan soal "how should then we lived?", soal bagaimana seharusnya kita hidup. Kita hidup harus memiliki kasih dan menjalankan kasih itu. Ini adalah hal yang prinsip. Tetapi banyak orang percaya tidak mengerti prinsip ini. Banyak orang Kristen lebih berupaya mencari dan mendapatkan banyak hal di dalam dunia dari pada memberi atau membagikan kasih Kritus. Banyak orang Kristen lebih suka memperoleh hal-hal yang tidak berguna dan yang tidak ada faedahnya daripada hal-hal yang berfaedah. Mengapa? Karena banyak di antara kita yang tidak mengerti sentral/hal utama yang seharusnya kita temukan seperti dalam chiasm rasul Paulus ini.

Bagaimanakah dengan saya? Bagaimana saya menerapkan kasih itu selama ini, terutama yang menyangkut hal-hal seperti kasih itu tidak sombong, kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, kasih itu tidak pemarah? Hal-hal seperti ini yang masih perlu diperbaiki.

Tuesday, June 12, 2007

Melaksanakan Peran

Yesaya 58:1-12

Setelah kemarin menguraikan tentang peran ganda, hari ini kita berbicara bagaimana menjalankan peran tersebut berkaitan dengan konteks pelayanan diakonia. Dalam kitab Yesaya ini di uraikan ada orang yang katanya mencari Tuhan, katanya mereka suka menghadap Allah, mereka suka berpuasa namun anehnya mereka juga suka melakukan hal-hal yang negatif atau hal yang jahat. Berarti ibadah mereka itu hanyalah kamuflase saja. Yang memanggil kita adalah Allah, dan Allah yang memanggil kita merindukan kita menjalani panggilan itu dengan melaksanakan peran kita. Inilah peran yang Allah mau bagi kita:

Yesaya 58:6-7
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman
Supaya engkau melepaskan tali-tali kuk dan mematahkan setiap kuk
Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar
Supaya engkau membawa orang-orang yang miskin ke rumahmu
Supaya jika engkau melihat orang telanjang engkau memberi dia pakaian

Melakukan peran kita dalam melayani adalah suatu vocation dihadapan Tuhan. Jika di lihat dari segi ekonomi maka pelayanan seperti ini adalah pelayanan yang kurang menguntungkan bahkan defisit. Karena defisit maka tidak banyak dari kita yang mau melakukannya. Karena secara jangka pendek atau jangka panjang itu adalah pelayanan yang sulit untuk dipertahankan apalagi di perkembangkan. Mungkin itu pula sebabnya banyak gereja atau lembaga yang kurang concern melakukan pelayanan seperti ini. Bahkan ada gereja yang kurang mau terjun dengan pelayanan seperti ini sehingga tidak menyediakan budget untuk pelayanan diakonia. Ada gereja yang tidak mau rugi secara financial dengan melakukan pelayanan seperti ini. Padahal kalau kita melihat pelayanan gereja mula-mula, para rasul sangat concern dengan pelayanan diakonia. Para rasul memilih tujuh orang untuk diangkat melakukan pelayanan diakonia sebagai salah satu peran gereja(Kisah 6:1-7), agar esensi pemberitaan Firman tidak terganggu selama melakukan pelayanan tersebut. Para rasul menjalankan 3 peran gereja yakni: diakonia (pelayanan), marturia (kesaksian), koinonia (persekutuan).

Saya mengkaitkan refleksi ini dengan keadan negara Indonesia yang memiliki garis kemiskinan yang tinggi, tingkat pengangguran yang mencapai 10 juta manusia, bayi-bayi yang mengalami mal nutrition, HIV dan AIDS yang tinggi dsb. Jika Tuhan mengijinkan saya ada proyek ke depan untuk menjalankan mandat Injil sekaligus pelayanan diakonia sebagai aspek mandat budaya. Saya teringat bagaimana para misionaris yang datang ke Indonesia, mereka bukan hanya datang membawa Injil tetapi membangun kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Saya teringat bagaimana Nomensen masuk ke tanah batak membawa pertobatan bagi orang-orang Tapanuli dan membawa kesejahteraan yang lebih baik bagi warga disana. Mengutip ucapan T.B. Simatupang yang mengatakan "Tugas Kristen dalam berevolusi: gereja dan orang Kristen yang telah di tempatkan Allah dalam revolusi ini bertugas untuk memproklamasikan dan mendemonstrasikan kehadiran kerajaan Allah, mengajak manusia untuk bertobat serta meresapi peri kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dengan terang Injil itu"

Bagaimana kita menjalankan peran ganda kita, yakni panggilan secara individu dan panggilan untuk melayani? Bagaimana saya memiliki kepekaan untuk melihat manusia di sekitar saya yang masih berkekurangan? Bagaimana cara menolong mereka agar kerajaanNya datang kepada mereka? Tuhan berikan kami kepekaan dan kekuatan menolong mereka.

Monday, June 11, 2007

Peran Ganda

Roma 12: 1-8


Perikop ini saya bagi dalam tiga bagian:
1. Panggilan kita masing-masing secara individu kepada Allah (ayat 1-3)
2. Analogi tubuh dimana kita yang di panggil masuk menjadi anggota gereja yang Am (4-5)
3. Panggilan kita untuk melayani pekerjaan Tuhan (6-8)

Ibadah yang sejati yang dimaksud oleh Paulus adalah jika kita sebagai orang Kristen melakukan hal-hal sebagai berikut: berubahlah oleh pembaharuan budimu (but be transformed by renewing your mind: NASB & NIV), lalu masuk dalam keanggotaan tubuh Kristus, dan terpanggil untuk melakukan pelayanan tertentu.

J.I. Packer mengatakan bahwa dalam PB di ajarkan bahwa setiap orang Kristen mempunyai dua panggilan ganda: yakni panggilan secara individu untuk percaya dan panggilan untuk melayani. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang Kristen mendapat karunia entah karunia bernubuat, karunia untuk melayani (yun: diakonia), karunia mengajar, karunia menasehati, berbagi, memimpin dll. Karunia-karunia diberikan untuk di gunakan menjadi suatu panggilan prima facie yaitu untuk suatu pelayanan istimewa.

Seseorang tidak dapat memisahkan dua panggilan ganda ini. Jika kita mengatakan kita sudah bertobat namun kita menjauhkan diri dari tubuh Kristus dan tidak mau bersama-sama anggota tubuh yang lain melayani Tuhan, maka patut di pertanyakan esensi pertobatannya jika di kaitkan dengan renewing your mind itu. Karena renewing your mind adalah suatu perubahan hati yang bersifat totalitas. Kenyataannya, mengapa banyak orang Kristen yang merasa sudah di selamatkan kurang mengoptimalkan segala karunia atau talenta mereka untuk memenuhi peran mereka dalam pelayanan dimana Allah menempatkan mereka? bisa ada tiga jawaban: pertama karena mereka kurang mengetahui peran ganda tersebut, kedua mungkin mereka sudah tahu tapi masih malas karena aspek kedagingan masih menguasai mereka, yang ketiga mungkin karena adanya dualisme di dalam hidup mereka tentang melayani Tuhan. Mungkin mereka berpikir bahwa yang melayani Tuhan itu hanya di gereja saja sementara di luar gereja bukan melayani Tuhan. Ini adalah kesalahan fatal, karena yang di sebut melayani adalah totalitas hidup baik pribadi maupun sosial. Kita melayani bukan hanya hanya di gereja tetapi di keluarga, di dalam pekerjaan, di dalam sekolah kita melayani Tuhan.

Allah memanggil dan memperlengkapi orang percaya untuk melayani. Ternyata masih banyak orang Kristen yang belum mau melayani Tuhan atau masih banyak orang Kristen yang melayani Tuhan secara sembarangan entah mereka kurang di siplin, kurang siap, kurang sungguh dan lain sebagainya. Mungkin juga saya selama ini masih kurang optimal melayani Tuhan. Apa saja yang perlu di perbaiki? Apa saja yang belum di kerjakan? Karunia yang mana yang masih belum digali dan di kembangkan? Masih banyak.

Saturday, June 09, 2007

Saringan

Hakim-hakim 7: 1-25
Matius 22: 1-14

Perenungan saya berkaitan dengan banyak hal yang saya dengar hari ini. Hari ini sudah 3x saya mendengar kata "saringan". Yang pertama, dalam suatu persekutuan doa, ada yang memimpin doa supaya kiranya Tuhan memanggil orang-orang yang hendak dipakai Tuhan di gereja "x" dan menyaring orang-orang yang tidak mengerti visi di gereja "x". Yang kedua, dalam suatu rapat besar dikatakan ada beberapa proses saringan seseorang jika ingin di pakai di gereja "x" yaitu saat pertama seseorang menerima Yesus atau yang tidak menerima dia maka orang itu akan di saring, yang berikutnya saringan saat ia di terima di suatu sekolah teologia tertentu atau tidakdi terima, lalu saringan yang berikutnya apakah orang tersebut bisa lulus dari sekolah teologia itu atau tidak, dan juga apakah setelah lulus ia dianggap layak untuk bergabung di "gereja besar" itu atau tidak dan terakhir apakah ia sanggup bertahan mengerti visi dari gereja tersebut atau tidak, jika tidak maka ia akan di saring. Seorang pemimpin menjelaskan kalimat Yesus bahwa banyak yang terpanggil namun sedikit yang terpilih, begitulah proses saringan yang Tuhan kerjakan. Lalu pada pertemuan berikutnya dalam pertemuan yang lebih kecil di singgung lagi kata saringan tersebut.

Hanya ada dua ayat Alkitab yang berbicara secara tegas tentang saringan, yang lain kurang begitu tegas. Dua ayat Alkitab tersebut adalah:
  1. Hakim-hakim 7:1-25, bagaimana Tuhan menyaring orang Israel yang jumlahnya banyak yakni dari 32.000 orang yang maju akhirnya di seleksi hanya 10.000 yang layak, lalu di saring lagi hanya 300 orang yang layak perang melawan tentara Midian.
  2. Matius 22: 14, "sebab banyak yang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih".
Yang menjadi pertanyaan, tepatkah dua bagian ayat tersebut?
  1. Hakim hakim sedang berbicara tentang pemurnian. Orang-orang yang mengalami penyaringan adalah orang-orang yang tidak masuk kualifikasi alias orang yang penakut dan orang yang tidak layak untuk berperang. Bolehkah ini di jadikan contoh untuk gereja atau persekutuan menyeleksi pengurus, majelis atau hamba Tuhannya? Bisa ya jika orang yang di seleksi tidak layak secara iman atau keteladan hidupnya jelek, tetapi bisa juga tidak tepat jika orang-orang tersebut sudah bertobat namun karena kebutuhan pengurus, majelis atau hamba Tuhan hanya di terima sedikit yakni 5 orang sementara yang mendaftar 15 orang maka kita tidak dapat mengatakan mereka yang tidak di pilih di saring Tuhan. Memang Tuhan berdaulat dalam memilih mereka namun alangkah tidak cocok jika contoh ini di paralelkan dengan kisah Gideon memilih tentaranya.
  2. Dalam Matius konteks ayat ini adalah perjamuan kawin yang merupakan perumpamaan mengenai kerajaan Allah. Banyak yang di undang tetapi sedikit yang berespon dan ini berkaitan dengan keselamatan. Keselamatan tidak untuk semua juga tidak untuk kebanyakan orang. Maka ayat ini tidak bisa diambil untuk menjadi contoh bahwa ketika terjadi perbedaan pendapat dan perpecahan dalam gereja mereka yang keluar dari gereja tersebut di saring oleh Tuhan. Bahkan pada waktu Barnabas dan Paulus berselisih paham soal apakah Yohanes Markus mau di bawa serta dan Paulus tidak setuju, Alkitab tidak pernah mengatakan Barnabas di saring oleh Tuhan. Pada akhirnya Paulus yang salah menilai Yohanes Markus dan terbukti di kemudian hari Injil Markus di tulis oleh Yohanes Markus yang menunjukkan betapa banyak perubahan dalam diri Markus.
Memang kita percaya akan kedaulatan Tuhan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu namun bukan berarti Tuhan "membuang" atau "menyaring" mereka yang sudah bertobat dari pekerjaan Tuhan. Bahkan orang yang melakukan dosa percabulan di dalam jemaat dikatakan oleh Paulus agar orang itu di serahkan pada iblis agar tubuhnya binasa tetapi rohnya di selamatkan pada hari Tuhan. Mereka ini mendapat disiplin atau ekskomunikasi dari gereja tetapi mereka bukan di saring atau dibuang.

Tidak tepat bukan jika kita katakan bahwa karena perbedaan pendapat Martin Luther di saring oleh Tuhan dari gereja Khatolik pada waktu itu, juga tidak tepat jika dikatakan gerakan kharismatik di saring Tuhan dari gereja Prostestan yang lebih dulu sudah ada. Mengapa gereja sulit melihat mana yang tepat sebagai suatu saringan dan yang tidak tepat di sebut sebagai yang bukan. Bagaimana dengan saya, apakah saya juga memakai istilah-sitilah rohani secara tidak tepat? Apakah yang harus saya lakukan untuk melihat kehendak Tuhan? Ini menjadi perenungan panjang.

Thursday, June 07, 2007

Penyakit Manusia

Kejadian 50: 15-26

Ini adalah bagian akhir kitab Kejadian yang menceritakan tentang kematian Yusuf. Kitab Kejadian di mulai dengan penciptaan bumi dengan taman Eden yang indah dan di akhiri dengan kisah sedih penguburan Yusuf. Sebelum mati Yusuf menyampaikan pesan-pesannya kepada saudara-saudaranya. Ada dua hal yang indah yang Yusuf sampaikan kepada saudara-saudaranya berkaitan denga pengenalannya akan Allah:
  1. Ayat 20 "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan dengan maksud melakukan seperti yang yang terjadi saat ini yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar".
  2. Ayat 24 "....tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini ke negri yang telah di janjikanNya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub".

Saudara-saudara Yusuf telah mereka-reka hal yang jahat untuk Yusuf sehingga ia masuk ke negri Mesir namun Tuhan yang mengijinkan mereka masuk ke Mesir itu adalah Tuhan yang sama pula yang akan membawa mereka keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Rancangan dan tindakan manusia yang jahat bukanlah alasan untuk kita menjadi lemah dan putus asa dengan keadaan kita. Ketika manusia melihat manusia lain sebagai ancaman maka ada berbagai strategi atau cara untuk mereka mencelakakan sesamanya. Saudara-saudara Yusuf cemburu kepada dia karena Yusuf mendapatkan perlakuan yang berbeda dari ayah mereka dan mereka mencelakai dia. Namun Allah ada di pihak Yusuf dan Yusuf dari awal hingga akhir hidupnya melihat Allah itu sebagai Allah yang memelihara.

Rasa cemburu kadang-kala menyelimuti hati orang percaya jika ada orang yang lebih baik dari dirinya. Bahkan rasa cemburu ini banyak hinggap di dalam hati mereka yang di sebut hamba Tuhan, dan biasanya mereka yang sudah senior serta mereka yang memiliki banyak yang sering dibayang-bayangi rasa cemburu ini (sebenarnya bisa juga terjadi pada orang biasa yang sederhana) karena biasanya saat tiba saatnya dalam hidup mereka muncul orang yang lebih muda dan berpotensi besar yang lebih di sukai banyak orang dari pada dirinya, maka ada kekhawatiran jika mereka jadi tergeser popularitasnya. Hal ini pernah terjadi pada waktu Saul melihat Daud secara negatif. Sikap ini adalah sikap yang negatif dan kalau di biarkan akan menjadi penyakit. Banyak penyakit ada dalam diri manusia terutama seorang pemimpin. Penyakit itu antara lain perasaan iri, dengki, post power syndrome, ngejelekin orang, selalu curiga pada orang lain dll.

Yusuf tidak di serang oleh penyakit semacam ini karena dari awal dia melihat segala sesuatu dalam hidupnya adalah karya Allah. Allah adalah Allah yang berjanji, Allah adalah Allah yang memelihara dan Allah adalah Allah yang memperhatikan. Dia selalu melihat kepada Allah bukan melihat keadaan dirinya yang "kurang beruntung" atau keadaan orang lain yang "lebih beruntung". Dapatkah saya demikian?

Saya harap saya bisa terus melihat Allah yang berkarya dalam hidup saya sekalipun kadang kala ada rasa kurang beruntung, kurang di hargai, di salah mengerti, atau kurang di berikan kesempatan dalam pelayanan, dll. Mengutip Jean Pierre de Caussade dalam buku Christian Spirituality karya Alister E McGrath, dia mengatakan perlunya "A Dynamic Surrender to The Will and Way of God".

Manusia Plus

Kejadian 5: 1-24


Seharusnya ini saat teduh kemarin namun baru sempat dibuat hari ini. Bagian ini adalah riwayat keturunan Adam (Ibrani: toledoth = keturunan) yang dalam hidupnya mereka berjalan dengan Tuhan. Kitab Ibrani memasukkan mereka sebagai saksi iman atau pahlawan-pahlawan iman. Yang menarik adalah, selain Adam dan Hawa yang cukup banyak komentarnya (ayat 1-5)maka yang lain tidak banyak di komentari, selain dari pada Henokh dan Nuh. Jika yang lain di tuliskan denga kalimat yang berulang ulang selalu dengan kalimat "jadi ... berumur .... lalu ia mati" tetapi khusus kepada Henokh ada tambahan " Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah lalu ia tidak ada lagi sebab ia telah diangkat oleh Allah" (ayat 24), jadi sekalipun hidup Henokh paling singkat di jamannya yakni "hanya" 365 tahun namun ia adalah manusia plus. Dan kepada Nuh ada tambahan "...dan memberi nama Nuh kepadanya, katanya: anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang terkutuk oleh Tuhan"(ayat29).

Saya percaya semua keturunan Adam dari Set adalah orang-orang yang istimewa karena mereka berjalan dengan Allah, namun semua mereka tidak mendapatkan catatatan khusus dari Musa sang penulis buku ini, mengapa? Mengapa Henokh mendapat tambahan catatan khusus di akhir hidupnya yakni bagaimana ia terangkat ke Surga dan Nuh mendapat tambahan catatan khusus di awal hidupnya yakni saat ia lahir kedunia? Jawabnya mungkin adalah karena mereka berdua sama-sama memiliki kesamaan yakni orang yang hidup bergaul dengan Allah. Nuh dikatakan orang yang benar dan tidak bercela dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (pasal 6:9). Mereka berdua manusia plus. Sekalipun yang lain juga baik namun dalam hal ini Musa memberi catatan tambahan (plus) kepada mereka.

Kalau dulu ada sekolah plus, artinya sekolah itu memiliki keunggulan dan berada diatas rata-rata, baik kualitas guru dan murid-muridnya. Ukurannya apa? IQ mereka yang tinggi. Namun di sini, saya tidak maksudkan manusia plus seperti itu. Manusia plus disini adalah mereka yang di katakan orang yang bergaul dengan Allah. Orang yang bergaul dengan Allah adalah orang yang berjalan dalam langkah Allah. Dalam Amos 3:3 dikatakan "berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji?", sebelum orang berjalan bersama terlebih dulu ada agreement. Henokh dan Nuh adalah dua orang yang mengadakan agreement dengan Allah sebelum melangkah. Agreement menunjukkan keseriusan kita dan penyerahan diri kita di hadapan Allah.

Saat ini orang Kristen, banyak yang sudah merasa sudah menjadi manusia plus atau orang Kristen plus. Plus di sini di maknai sebagai orang Kristen yang di berkati dengan berbagai ke suksesan baik materi yang berlimpah maupun jabatan yang tinggi. Plus di sini di maknai karena memiliki banyak karunia yang tidak dimiliki oleh orang Kristen lainnya seperti bisa berbahasa lidah, bisa mendapatkan visi/penglihatan, dll. Anehnya banyak orang yang menyukai hamba Tuhan dan jemaat yang plus seperti ini. Di jaman yang super sibuk dengan semangat kompetisi seperti sekarang ini, plus yang di cari adalah orang yang mampu berkompetisi dan berprestasi sehingga mereka mampu mendapatkan sukses. Semakin sibuk kita maka semakin sulit kita meluangkan waktu kita bergaul bersama-sama dengan Allah, kalaupun ada maka waktu-waktu sisalah yang kita berikan, bukan? Menjadi manusia plus seperti yang Alkitab katakan bukanlah hal yang mudah.

Sayapun menyadari melakukan hal yang seperti ini juga. Banyak yang harus di benahi dari hidup saya. Bagaimana saya dapat belajar menjadi manusia plus seperti Henokh dan Nuh ini? Mengapa ya susah sekali hidup bergaul dengan Allah? Mesti perbaiki diri.

Tuesday, June 05, 2007

Tersembunyi namun Tampak

Wahyu 1: 9-20

Melalui pembacaan ini jelas Yohanes menerima penglihatan akan Kristus di pulau Patmos. Yohanes di buang ke pulau Patmos saat terjadi penganiayaan yang di lakukan bangsa Romawi di pulau Patmos. Ada dua hal yang di alami rasul Yohanes:
1. Ia melihat
- Seorang yang serupa anak manusia yang tangannya memegang tujuh bintang dan dari mulutnya keluar sebilah pedang tajam bermata dua dan wajahnya bersinar-sinar
- Terdapat tujuh kaki dian yang merupakan ke tujuh jemaat yang di maksud
2. Ia mendengar
- Suatu suara seperti bunyi sangkakala serta suatu perkataan yang bersifat perintah untuk menuliskan apa saja yang dia lihat lalu dikirimkan kepada tujuh jemaat Tuhan.
- Ia mendengar ucapan Kristus agar jangan takut karena Ia adalah Yang Awal, Yang Akhir dan Yang Hidup sampai selama-lamanya dan Ia memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

Rasul Yohanes melihat kemuliaan Kristus dalam suatu visi, yakni Kristus yang bangkit. Kemuliaan yang kelihatan sekalipun Ia sudah di Surga bersama-sama dengan Bapa. Kemuliaan Kristus dapat di lihat (Visible Glory) sekalipun di dalam penganiayaan dan penderitaan. Dalam penderitaan ada kemuliaan yang tidak kelihatan (Invisible Glory) atau yang tersembunyi. Tersembunyi selamanya bagi mereka yang keras hati namun tersembunyi sementara bagi mereka yang akhirnya mau membuka diri.

Kemarin setelah memimpin ibadah minggu saya melayat seorang anak yang meninggal karena kelainan fungsi otak sejak lahir, ia lahir dengan keadaan yang cacat. Setelah kebaktian penutupan peti, orang tua anak tersebut bercerita bahwa dulu dia bukan orang Kristen, dia menjadi Kristen justru saat anaknya yang cacat itu lahir. Para dokter mengatakan anaknya tidak dapat berumur panjang tetapi ternyata anaknya bisa hidup hingga berusia 13 tahun. Tetapi suatu saat ada seorang anak Tuhan yang berkata bahwa ada rencana Tuhan terhadap dirinya sebagai papa dengan peristiwa tersebut dan benar justru papanya berjumpa dengan Kristus setelah anak itu lahir. Dia melihat kemuliaan Kristus lewat pergumulannya membesarkan anak tersebut.

Banyak orang Kristen menginginkan kemuliaan Kristus yang nampak. Keluarga yang di berkati, pekerjaan yang di berkati atau pelayanan yang di berkati lewat banyaknya orang yang hadir dan dengan banyaknya kesibukan serta program yang di kerjakan. Padahal kemuliaan Kristus tidak hanya kelihatan lewat hal yang terlihat oleh mata. Di saat kita bergumul dan melakukan devosi terhadap firman Tuhan, membaca buku, persiapan kotbah atau mengajar di situ kemuliaan Kristus bisa kita rasakan dan di nikmati orang lain meskipun secara tidak langsung. Di saat kita sedang sakit, bisnis sedang susah, keluarga yang kurang mengerti kedaan kita, namun kita tetap memandang kepada Dia sebagai Yang Awal, Yang Akhir dan Yang Hidup maka kemuliaan Kristus tampak nyata bagi kita.

J.S Bach dalam Passion According to St Matthew, Chorale No 46:

How Extraordinary indeed is this punishment
The good Shepherd suffers for the sheep
The Lord, the Just One, settles the debt
for His servants

Sudahkah saya melihat hidup saya sebagai suatu keutuhan dimana kemuliaan Kristus dinyatakan dalam setiap aspek? Kiranya Tuhan memberkati.

Rekan Sekerja

2 Tes 1: 3-12

Saat teduh ini saya lakukan bersama dengan istri dalam persekutuan keluarga kami. Ada dua hal yang rasul Paulus syukuri dari jemaat Thesalonika pada waktu itu, yakni: Karena iman mereka makin bertambah (ayat 3) dan karena kasih mereka seorang akan yang lain makin kuat (ayat 3), selajutnya di uraikan signifikansi iman itu dalam kehidupan sekarang (present) dan dalam kehidupan yang akan atang yang bersifat Eskatologis (ayat 4-10). Istri saya menyoroti betapa seorang rasul Paulus tetap peduli dan tetap mengamati kehidupan jemaat Thesalonika sekalipun ia berada di tempat lain. Saya terkejut juga saat di tanyakan apakah sudah demikian memperhatikan jemaat yang kami pimpin. Seorang pemimpin adalah yang tetap mengontrol anak rohaninya dan tetap membangun relasi dengan mereka. Rasul Paulus bersyukur betapa relasi vertikal dan relasi horisontal mereka bertambah dan makin kuat.

Gereja bukan hanya di bangun dalam relasi vertikal tetapi juga relasi horisontal. Kasih yang makin kuat kepada Allah harus disertai kasih yang makin kuat terhadap sesama. Walaupun demikian kita tidak boleh cepat-cepat mengambil kesimpulan jika dalam suatu gereja ada banyak perpecahan dalam organisasi berarti relasi vertikal pemimpin gereja tersebut atau jemaat gereja tersebut buruk, bisa juga buruk, tetapi tidak boleh di patok pasti buruk. Walaupun demikian kita patut bertanya seberapa besar kualitas kasih horisontal mereka. Jika ego, kesombongan dan arogansi yang besar ada dalam diri seseorang pemimpin yang membuat ada perpecahan maka kualitas kasih horisontal mereka masih rendah. Pemimpin seperti ini biasanya kurang menganggap penting relasi horisontal, sekalipun sebagai hamba Tuhan menganjurkan banyak orang untuk mengasihi Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi Tuhan, namun dirinya tidak memberikan yang terbaik bagi orang yang di pimpinnya. Mengapa rasul Paulus tetap memantau dan mendoakan jemaatnya? Karena ia memandang penting relasi pemimpin dan yang dipimpinnya. Orang yang di pimpin bukan dianggap hanya sebagai pengikut tetapi sebagai "kawanan domba Allah", sebagai "prajurit Allah", sebagai "rekan sekerja Allah", lihatlah bagaimana rasul Paulus memperlakukan Timotius sebagai rekan sekerja.

Seorang pemimpin rohani yang menuntut orang lain melebur dengan dirinya tanpa dia mau melebur juga dengan kesulitan serta pergumulan orang lain akan menjadi suatu tuntutan yang naif. Tuntutan yang paling tepat adalah jika orang yang di pimpinnya meleburkan dirinya kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata: barang siapa yang mau mengikut Aku, mereka harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Aku. Apakah saya selama ini sudah seperti rasul Paulus yang selalu mengingat dalam doa orang-orang yang pernah saya pimpin? Apakah saya mau melebur diri saya sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan? Kiranya saya di mampukan.